This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Sabtu, 05 Januari 2013

Pandangan Herbert Spencer tentang Sosiologi


Spencer adalah orang yang pertama kali menulis tentang masyarakat atas dasar data empiris yang konkret. Tindakan ini kemudian diikuti oleh para sosiolog sesudahnya, baik secara sadar atau tidak sadar.
Spencer memperkenalkan pendekatan baru sosiologi yaitu merekonsiliasi antara ilmu pengetahuan dengan agama dalam bukunya First Prinsciple. Dalam bukunya ini Spencer membedakan fenomena tersebut dalam 2 fenomena yaitu fenomena yang dapat diketahui dan fenomena yang tidak dapat diketahui. Di sini Spencer kemudian mencoba menjembatani antara ilham dengan ilmu pengetahuan.
Selanjutnya Spencer memulai dengan 3 garis besar teorinya yang disebut dengan tiga kebenaran universal, yaitu adanya materi yang tidak dapat dirusak, adanya kesinambungan gerak, dan adanya tenaga dan kekuatan yang terus menerus.
Di samping tiga kebenaran universal tersebut di atas, menurut Spencer ada 4 dalil yang berasal dari kebenaran universal, yaitu kesatuan hukum dan kesinambungan, transformasi, bergerak sepanjang garis, dan ada sesuatu irama dari gerakan.
Spencer lebih lanjut mengatakan bahwa harus ada hukum yang dapat menguasai kombinasi antara faktor-faktor yang berbeda di dalam proses evolusioner. Sedang sistem evolusi umum yang pokok menurut Spencer seperti yang dikutip Siahaan, ada 4 yaitu ketidakstabilan yang homogen, berkembangnya faktor yang berbeda-beda dalam ratio geometris, kecenderungan terhadap adanya bagian-bagian yang berbeda-beda dan terpilah-pilah melalui bentuk-bentuk pengelompokan atau segregasi, dan adanya batas final dari semua proses evolusi di dalam suatu keseimbangan akhir.
Spencer memandang sosiologi sebagai suatu studi evolusi di dalam bentuknya yang paling kompleks. Di dalam karyanya, Prinsip-prinsip Sosiologi, Spencer membagi pandangan sosiologinya menjadi 3 bagian yaitu faktor-faktor ekstrinsik asli, faktor intrinsik asli, faktor asal muasal seperti modifikasi masyarakat, bahasa, pengetahuan, kebiasaan, hukum dan lembaga-lembaga.
Giddings pada tahun 1890 meringkas ajaran sistem sosial yang telah disepakati oleh Spencer sendiri adalah sebagai berikut:
1.      Masyarakat adalah organisme atau superorganis yang hidup berpencar-pencar.
2.      Antara masyarakat dan badan-badan yang ada di sekitarnya ada suatu equilibrasi tenaga agar kekuatannya seimbang.
3.      Konflik menjadi suatu kegiatan masyarakat yang sudah lazim.
4.      Rasa takut mati dalam perjuangan menjadi pangkal kontrol terhadap agama.
5.      Kebiasaan konflik kemudian diorganisir dan dipimpin oleh kontrol politik dan agama menjadi militerisme.
6.      Militerisme menggabungkan kelompok-kelompok sosial kecil menjadi kelompok sosial lebih besar dan kelompok-kelompok tersebut memerlukan integrasi sosial.
7.      Kebiasaan berdamai dan rasa kegotongroyongan membentuk sifat, tingkah laku serta organisasi sosial yang suka hidup tenteram dan penuh rasa setia kawan.

Teori Herbert Spencer tenang Evolusi Masyarakat, Etika, dan Politik
Evolusi secara umum adalah serentetan perubahan kecil secara pelan-pelan, kumulatif, terjadi dengan sendirinya, dan memerlukan waktu lama. Sedang evolusi dalam masyarakat adalah serentetan perubahan yang terjadi karena usaha-usaha masyarakat tersebut untuk menyesuaikan diri dengan keperluan, keadaan, dan kondisi baru yang timbul sejalan dengan pertumbuhan masyarakat.
Perspektif evolusioner adalah perspektif teoretis paling awal dalam sosiologi. Perspektif evolusioner pada umumnya berdasarkan pada karya August Comte (1798-1857) dan Herbert Spencer (1820-1903).
Menurut Spencer, pribadi mempunyai kedudukan yang dominan terhadap masyarakat. Secara generik perubahan alamiah di dalam diri manusia mempengaruhi struktur masyarakat sekitarnya. Kumpulan pribadi dalam kelompok/masyarakat merupakan faktor penentu bagi terjadinya proses kemasyarakatan yang pada hakikatnya merupakan struktur sosial dalam menentukan kualifikasi.
Spencer menempatkan individu pada derajat otonomi tertentu dan masyarakat sebagai benda material yang tunduk pada hukum umum/universal evolusi. Masyarakat mempunyai hubungan fisik dengan lingkungan yang mengakomodasi dalam bentuk tertentu dalam masyarakat.
Darwinisme sosial populer setelah Charles Darwin menerbitkan buku Origin of Species (1859), 9 tahun setelah Spencer memperkenalkan teori evolusi universalnya. Ia memandang evolusi sosial sebagai serangkaian tingkatan yang harus dilalui oleh semua masyarakat yang bergerak dari tingkat yang sederhana ke tingkat yang lebih rumit dan dari tingkat homogen ke tingkat heterogen.
Semua teori evolusioner menilai bahwa perubahan sosial memiliki arah tetap yang dilalui oleh semua masyarakat. Perubahan sosial ditentukan dari dalam (endogen). Evolusi terjadi pada tingkat organis, anorganis, dan superorganis.

Sosialisasi


Proses sosialisasilah yang membuat seseorang menjadi tahu bagaimana seharusnya seseorang bertingkah laku di tengahtengah masyarakat dan lingkungan budayanya. Proses sosialisasi membawa seseorang dari keadaan belum tersosialisasi menjadi masyarakat dan beradab. Melalui sosialisasi, seseorang secara berangsur-angsur mengenal persyaratan-persyaratan dan tuntutan- tuntutan hidup di lingkungan budayanya. Oleh karena pentingnya pembahasan sosialisasi, maka secara khusus para ahli memfokuskan perhatian studinya guna mengungkap arti sosialisasi sesuai dengan titik tolak dan sudut pandang yang berbeda-beda. Tokoh-tokoh seperti Kimbal Young, R.S. Lazarus, Havigurst, Naugarten, Thomas Ford Hoult serta George Herbert Mead seperti dirangkum Ahmadi (1991) mengemukakan pengertian sosialisasi mencakup :
a.       Proses sosialisasi adalah proses belajar. Yaitu suatu proses akomodasi di mana individu menahan, mengubah impulsimpuls dalam dirinya lalu diikuti oleh upaya pewarisan cara hidup atau kebudayaan masyarakatnya,
  1. Dalam proses sosialisasi itu individu mempelajari kebiasaan, sikap, ide-ide, nilai-nilai dan tingkah laku dalam masyarakat di mana ia hidup, dan 3. Semua sikap dan kecakapan yang dipelajari dalam proses sosialisasi itu disusun dan dikembangkan secara sistematis dalam pribadinya.
Pendekatan dalam teori sosialisasi:
Ÿ  Teori Sosialisasi Pasif. Pertama, dari Talcot Parson,1959 dalam Liliweri (2001) yang mengemukakan bahwa proses sosialisasi merupakan bagian dari perspektif fungsionalisme. Sosialisasi seperti belajar berlangsung terus selama hidup namun proses yang paling dramatis dikaitkan dengan anak didik. Jadi, ada proses yang mengharuskan perubahan terhadap struktur kepribadian dasar. Di satu pihak, tuntutan anak didik harus diubah namun di lain pihak anak didik masih bergantung pada keteraturan dalam struktur dan fungsi, misalnya fungsi keluarga. Kedua, sosialisasi dari Kluchkon yang konsepnya didasarkan pada proses mengubah orientasi anak didik. Misalnya orientasi nilai, orientasi terhadap kodrat, alam, waktu, modalitas. Ketiga, sosialisasi dari Mc. Clelland bahwa keinginan untuk mencapai prestasi pribadi, kebutuhan akan berprestasi sudah merupakan keinginan setiap manusia. Ketiga-tiganya tetap menekankan pengaruh dari struktur sosiokultur dominan yang paling vital membentuk individu dalam proses sosialisasi. Individu hanya sekadar bagian kecil dari sistem sosial makro yang melingkupi kehidupannya hanya bermaksud memberikan reaksi-reaksi pasif untuk menyesuaikan tuntutan-tuntutan eksternal.
Ÿ  Teori Sosialisasi Aktif. Menurut Mead dalam Liliweri (2001) manusia tidak saja merespon nilai baru tetapi menciptakan peranannya dalam kondisi material di mana ia hidup agar bisa sukses merespon hal baru. Kondisi itu hanya bisa dibentuk melalui proses interaksi dengan orang lain.
Ÿ  Teori sosialisasi radikal, yang berlangsung dalam masyarakat yang berlapis-lapis. Konsep ini mengacu pada hegemoni Gramsci yang mengemukakan bahwa kemampuan kelompok dominan selalu berusaha untuk mempertahankan statusnya kemudian mensosialisasikan nilainya kepada yang lain.